Skip to main content

Indonesia Sentris sebagai Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi Nasional dengan Pemindahan Ibu Kota Negara menuju Indonesia Emas 2045

     Pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke luar Pulau Jawa merupakan langkah yang tepat untuk menuju Indonesia emas 2045 sebab selama ini konsentrasi pembangunan lebih terfokus pada Pulau Jawa atau dapat disebut sebagai Jawa sentris sehingga berdampak terhadap ketimpangan pembangunan antara kawasan barat dan timur.


Pemindahan Ibukota
Ilustrasi Pemindahan Ibukota (pantau.com)

     Pemisahan pusat pemerintahan dengan ekonomi ini dapat menekan kerugian negara akibat kemacetan dan penggunaan bahan bakar sebesar Rp65 Triliun pada tahun 2017. Hal ini berdasarkan data dari Kementerian Perencanaan Pembangunan/Bappenas Republik Indonesia.
     Indonesia sentris yang diharapkan memacu pertumbuhan bangsa dan meningkatkan pemerataan ekonomi di seluruh pelosok tanah air dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Indonesia sentris secara geografis berada di tengah wilayah Republik Indonesia untuk mempercepat pembangunan kawasan Timur Indonesia.
     Adapun penentuan lokasi ibu kota baru ini berada dekat dengan kawasan yang mengalami perkembangan dengan didukung sarana dan prasarana yang memadai beserta infrastruktur seperti bandara dan pelabuhan serta layanan dasar seperti ketersediaan air minum, sanitasi, listrik, dan jaringan komunikasi.
     Dengan adanya pemindahan inilah, ibu kota baru diharapkan dapat menampung sekitar 1.500.000 orang dan 300.000 di antaranya adalah pegawai pemerintahan. Selain itu, ibu kota baru diharapkan memiliki luas lahan sekitar 40.000 hektar atau dengan kata lain luas ini dua kali lipat milik pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perkebunan untuk mengurangi biaya investasi.
     Kemudian, lokasi ibu kota diharapkan dapat aman dan terbebas terhadap risiko terjadinya bencana alam seperti: gempa bumi, tanah longsor, gunung berapi, tsunami, banjir, serta kebakaran hutan. Ibu kota baru harus cukup jauh dari wilayah perbatasan agar dapat dengan mudah ditempuh secara efektif dan efisien.
     Selain itu kepadatan dan kesuburan tanah serta ketersediaan air tanah juga perlu diperhatikan secara saksama. Hal ini untuk meningkatkan sanitasi masyarakat. Adapun, dalam kultur sosial budaya mengacu kepada potensi konflik sosial yang tergolong rendah, budaya terbuka terhadap pendatang serta dapat meminimalisir dampak negatif terhadap komunitas sosial, ras, suku, dan agama.
     Dengan pemindahan ibu kota ini, Indonesia sangat potensial menjadi salah satu dari 5 besar negara terkuat dunia. Indonesia sentris menjadi kebijakan yang tepat di tengah laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami kesenjangan antara kawasan timur dan barat.
     Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2019 yakni sebesar 5,07 persen. Kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar masih di Pulau Jawa sebesar 59,03 persen. Sedangkan, Pulau Sumatera menyumbang 21,36 persen. Selanjutnya, Pulau Kalimantan sebesar 8,26 persen. Disusul Pulau Sulawesi dengan angka 6,14 persen, serta Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3,02 persen.
     Sedangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen. Turun 0,02 persen dari kuartal sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang semester I 2019 tercatat sebesar 5,06 persen. Angkat tersebut dapat mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang positif untuk negara berkembang seperti Indonesia.
     Menurut Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Indonesia dapat dikatakan sebagai negara maju apabila mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi setidaknya 5,1 persen dalam kurun waktu hingga 20 tahun mendatang.
     Sehingga harapan saya, dengan pemindahan ibu kota Indonesia ini dari Pulau Jawa ke Kalimatan atau wilayah timur Indonesia ini akan membawa pemerataan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional. Dengan demikian, tidak ada lagi anggapan mengenai Jawa sentris, namun yang ada adalah Indonesia sentris untuk mewujudkan visi Indonesia emas 2045.

Artikel ini ditulis oleh Adenar Dirham, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta prodi Manajemen Pendidikan Islam.

#bappenas
#ibukotabaru

Comments

Popular posts from this blog

Memaknai Keberagaman dalam Bhinneka Tunggal Ika

  Menurut Badan Pusat Statistik 2010, Indonesia memiliki 1.158 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sedangkan, agama-agama yang dianut masyarakat Indonesia dan diakui oleh pemerintah, yakni 6 Agama, terdiri dari agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Sementara, situs Wikipedia mencatat jumlah pulau di negara tercinta sebanyak 17.504 pulau dengan 1.340 suku bangsa. Hal ini membuat Indonesia menjadi bangsa yang majemuk. Dalam keberagaman suku, bahasa, dan agama ini tidak jarang diwarnai dengan berbagai macam konflik berupa hasutan, persaingan, adu domba, dan lain sebagainya sehingga tak mengherankan jika terjadi tawuran antar umat beragama atau diskriminasi terhadap golongan tertentu akibat dari rusaknya moral manusia yang tidak mengedepankan nilai-nilai pancasila. Seharusnya keberagaman dimaknai dengan rasa solidaritas yang bisa membuat hubungan manusia yang satu dengan yang lain semakin erat. Hal ini tentu didukung dengan memi...