Menurut Badan Pusat Statistik 2010, Indonesia memiliki 1.158 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Sedangkan, agama-agama yang dianut masyarakat Indonesia dan diakui oleh pemerintah, yakni 6 Agama, terdiri dari agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Sementara, situs Wikipedia mencatat jumlah pulau di negara tercinta sebanyak 17.504 pulau dengan 1.340 suku bangsa. Hal ini membuat Indonesia menjadi bangsa yang majemuk.
Dalam keberagaman suku, bahasa, dan agama ini tidak jarang diwarnai dengan berbagai macam konflik berupa hasutan, persaingan, adu domba, dan lain sebagainya sehingga tak mengherankan jika terjadi tawuran antar umat beragama atau diskriminasi terhadap golongan tertentu akibat dari rusaknya moral manusia yang tidak mengedepankan nilai-nilai pancasila. Seharusnya keberagaman dimaknai dengan rasa solidaritas yang bisa membuat hubungan manusia yang satu dengan yang lain semakin erat. Hal ini tentu didukung dengan memiliki sikap tenggang rasa atau toleransi kepada sesama manusia dengan tidak membedakan agama, bahasa, dan suku tertentu.
Mengacu kepada semboyan bangsa Indonesia yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, yakni “Bhinneka Tunggal Ika” dari bahasa Sansekerta yang apabila diterjemahkan perkata, maka kata “Bhinneka” dimaknai dengan beraneka ragam atau berbeda-beda. Sedangkan kata “tunggal” berarti satu. Kemudian, kata “Ika” dimaksudkan itu. Maka, secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan menjadi “Beraneka Satu Itu”, yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu jua.
Seyogyanya masyarakat Indonesia mampu untuk memahami, menghayati, serta mengamalkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itulah, Bhinneka Tunggal Ika jangan hanya dijadikan semboyan semata, tetapi lebih kepada gerakan masyarakat Indonesia itu sendiri untuk mencintai sesama dengan cara memiliki sikap tenggang rasa, solidaritas yang tinggi serta toleransi sehingga kita bisa memaknai keberagaman dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Comments
Post a Comment